Jatuh
Sebelum kamu jatuh terlalu dalam, ingat.
Senyumannya yang berbeda padamu, pernah ia berikan persis pada orang yang bersamanya dahulu.
Tatapan kagum padamu karna makhluk ciptaan tuhan yang slalu ia puji, sering ia pancarkan saat masih bersama orang yang pernah ia kasihi.
Seluruh ungkapan tentang menata sebuah menara di masa depan, kepada perempuan masa lalunya ia ucapkan saat pergi berdua atau saat kasmaran pula.
Sentuh hatimu, sebelum berhasil terdobrak atas sebuah pengharapan yang semu. Katakan bahwa "saya mencintaimu, tapi maaf saya tak ingin menelan tombak dari sebuah ucapan palsu".
Mari kita mulai. Dengan sebuah tulisan karya Risa, sahabatku. Ia tiada hentinya mendukungku melupakan sebuah kata yaitu cinta yang menurutnya semu. Mungkin terlalu lama ia hanyut dalam dunia kesendiriannya, tanpa menyadari bahwa tak semua cinta itu menyiksa, entahlah. Rumit katanya, sudah berkali-kali aku bertanya apa yang membuatnya tak suka. Biarlah, ia mungkin belum bertemu lelaki yang tepat, karna menurutnya semua lelaki, ya bejat.
Itu sebab atmosfer aneh yang ia rasakan sejak ayahnya pergi tanpa kembali. Tidak meninggalkan pesan, ataupun hanya sekedar tahu kabar. Tiba-tiba ayahnya datang meminta warisan yang eyangnya tinggalkan.
"Untuk mempersunting perempuan cantik nan muda" itu katanya.
Lalu ibunya diam saja?
"Tidak! Enak saja! Kau fikir aku bodoh? Mau maunya ku beri uang pada laki-laki yang tidak punya rasa tanggung jawab."
Ayah Risa jelas marah. Ia mengamuk sejadi-jadinya. Berkata istri durhaka lah, wanita durjana lah, sambil mengambil apapun yang bisa ia gunakan untuk memukul istrinya. Risa yang saat itu berumur 12 tahun, sedang masa pubertas. Ia malah mendengar kata dan melihat perbuatan yang tidak pantas. Lalu ia pergi, mengurung diri di kamar pribadi. Menangis sejadi-jadinya, mendengar rintihan ibunya, kayu yang dihantamkan oleh ayahnya, serta isak tangis miliknya.
Kejadian itu terus berulang sampai 2 tahun lamanya. Dengan berbagai macam masalah pula. Risa dihantui oleh bayangan ayah kandungnya sendiri. Hingga menimbulkan trauma, dan ibunya gila. Terakhir kali Risa bicara pada ibunya, waktu itu pada saat senja. Di atap rumah mereka, ibunya berkata,
"Kamu harus belajar dari senja. Bahwa yang indah tak selalu bertahan lama. Ia akan kembali, tapi kamu butuh waktu untuk melihatnya datang lagi. Melalui fase rembulan-mentari."
Risa belum paham betul saat itu. "Aku hanya diam waktu ibuku berkata begitu. Mungkin karna masih menjadi bocah dungu. Hahaha"
Itu yang Risa katakan padaku saat bercerita tentang masa itu. Aku menimpali,
"Lalu kenapa masih kamu ingat? Bahkan kurasa sudah melekat hebat." ia justru menjawab,
"Sebab aku yakin bahwa aku pasti akan tau maksud ibuku. Menjadikan kata-kata terakhirnya itu sebagai wejangan untuk masa depanku."
Risa, mari kita berbagi cerita. Aku ingin kamu juga berbagi cerita pada mereka yang lainnya. Sebab aku ingin tahu maksud kata cinta. Sesuatu yang katamu rumit itu.
-19 Juni 2018
Diatas menara pisa. Karna miring, aku pindah ke bawah langit Jakarta. Angin Barat tepatnya.
Komentar
Posting Komentar